Bapak.. Pria yang tak pernah lelah membimbingku hingga
kini..
Hal yang sangat membekas di hati adalah ketika aku kecil, aku
yang dengan riangnya bermain dan mengganggu aktivitas bapak.
“Nuruuuuuuuuuul... Kau di mana?”
“Aku.. di tini” .... (Aku di sini)
Kata-kata itu sukses menjebol pertahanan diri..
Aku tergugu mengingatnya. Menahan isak berkali-kali.
Jika pun ada orang yang aku kagumi setelah Rasulullah,
jawabannya sudah tentu adalah bapak.
Pria terbaik di kehidupan kami.
Beliau mengayuh sepeda menjemputku semasa SD.
Beliau mengambil hasil kelulusanku semasa SMA..
Beliau orang yang selalu memberiku dukungan yang tak henti.
Ketika aku gagal masuk Universitas..
Beliau selalu berujar “Intan, akan tetap jadi intan meskipun
masuk ke dalam lumpur.”
Analogi yang selalu aku pegang erat. Jika aku ingin terus
belajar, di mana pun, aku akan bisa.
Bapak... Orang yang sama yang menyaksikan perjuangan jatuh
bangunku menyusun skripsi.
Mengantarku ke berbagai tempat tak kenal waktu.
Kata-kata terimakasih atau bahkan kemewahan dunia pun tak akan pernah
cukup untuk membalaskan apa-apa yang telah bapak torehkan di kehidupanku.
Bapak.. Pria yang sama yang hanya mencintai Ibu.
Aku selalu saja menatap kagum. Bapak tak sungkan memanggil ibu
dengan panggilan sayang di depan kami- anak-anaknya.
Jika toh aku menemukan pria lain selain bapak, aku pasti
akan menodongkannya pada bapak terlebih dahulu.
Titahnya adalah kewajiban bagiku.
Jadi apakah kamu siap menemui bapak?
0 comments :
Posting Komentar