Assalamulaikum....
Holaa......
It’s been a long time
do not share story about me. :D
Gue sadar kalo ide nulis di blog ini kebanyakan tentang
puisi absurd gue haha..
Well, gue mau share tentang moment wisuda gue tahun lalu. Serasa basi gak sih? Semoga enggak
ya. Banyak hal yang membuat gue selalu menunda-nunda nulis tentang hal ini,
mungkin perihal waktu ya. Dan menurut gue waktunya sudah tepat untuk menutup
tahun 2016 ini. #Ngeles
Langsung aja ya. Kalo gue boleh kasih saran nih mending pake
kacamata dan tissue. Ceritanya bakal panjang dan bikin mata lo pedih.
Tissuenya? Buat jaga-jaga aja. Kali aja mata lo kelilipan. Wkwk. Gue
becanda....
*Pengajuan Judul
Ini tahapan paling sakral bagi gue. Bukan gue menyepelekan
hal ini. Justru karena menurut gue keramat, gue jadi keabisan ide buat nyari
judul skripsi. Huaaaaa...
Udah worry duluan
sih lebih tepatnya. Kalo misal gini? Kalo misal gitu? Bakal bisa gak ya gue?
Hal itu terus mengusik gue dan menari-nari indah dalam pikiran gue. Bah!
Judul itu sebenarnya gak ribet. Namun guelah dalang yang
membuat semuanya jadi ribet. Sebelum memutuskan mengajukan judul, kami diminta
mengajar ke sekolah (read: Kegiatan PPL). Kurang lebih 2 bulan. Gue lupa tepatnya
hehe... Gue dapat di SMA favorite di kota gue. Dulunya tuh sekolah sempet nolak
gue haha. Gak sekolah di sana tapi berkesempatan ngajar di sana. How lucky I am, right? Terimakasih,
Tuhan..
Selama PPL di SMA itu, kami dituntut mengaplikasikan
Kurikulum 2013. K-13 biasa kami menyebutnya seperti itu. K-13 itu belum familiar
di sana dan gurunya pun masih minim sekali yang menerapkan. Jadilah kami
kebingungan. Bertanya sana-sini. Download panduan buku guru dan buku siswa
K-13. But finally, kita dapat jalan
keluarnya. Terlebih gue yang dapat bantuan dari Bunda Dian; guru SMP gue
tersayang. Hehe..Terimakasih, Bunda atas arahan K-13 nya. Karena terlalu asik
menggeluti K-13 selama PPL, gue melupakan yang namaya judul. Tidak melupakan
sih sebenarnya. Gue salah dalam bertindak aja. Gue mikirnya kalo gue bakal
fokus setelah kegiatan PPL berlangsung, tapi nyatanya semua gak semulus dugaan
gue. Manusia cuma bisa berencana. Itu benar sekali.
After PPL, kami
kembali kuliah, namun gak seaktif biasanya. Hanya satu MK yang tersisa yang
harus kami tuntaskan. English Specific Purposes (ESP). MK yang punya bobot 2
SKS ini gak bisa dianggap gampang. Salah
banget kalo lo menilainya seperti itu. ESP menuntut kami berpikir keras. Miss Arda
adalah Dosen Pengampu MK tersebut. Beliau orangnya tegas dan teliti dalam
menilai mahasiswanya. Jadilah gue ketar-ketir sendiri. Project buku pun menjadi Final
Assignment untuk MK itu. Awalnya kami dibagi menjadi beberapa kelompok.
Satu kelompok terdiri dari 10 orang atau bahkan lebih. Singkatnya kelompok gue
kebagian tentang English for Islamic
Education. Yap, kami harus observasi dulu ke salah satu kampus, kemudian
melakukan penelitian (include interview,
write the data, take some pictures, and also record). Lelah? Jangan
ditanya. Haha.. Tapi bukankah orang kuliah harus bersusah payah menuntut ilmu?
*Mulai bijak mode on.
Ekspektasi tinggallah ekspektasi. Gue udah mulai mikir judul
sebenarnya saat itu, namun apa mau dikata. Project
buku menyita waktu gue. Gue inget cuma ada orang 3 termasuk gue yang paling
getol ngerjain tugas itu. Maka jadilah gue mengenyampingkan urusan judul.
Kembali fokus untuk untuk Project
buku itu. Tapi waktu gak bisa nunggu bukan? Gue nyesel dengan keputusan gue
yang terkesan lamban? Nggak. Nggak sama sekali. Malah gue dapet pembelajaran
setelah gue melewati itu semua...
Saat temen-temen lain mendengungkan jika judulnya di acc.
Gue cuma tersenyum simpul dan minta didoakan. Ya gue minta didoakan agar segera
dapat hidayah untuk mengajukan judul. Haha
Gue tipe orang yang keras kepala. Kalo gue udah fokus di
satu titik, membuat gue lupa prioritas. Setelah PPL, Project Buku ESP, what
else?
Wait....
Desember 2014. Di penghujung tahun gue bertekad concern ke judul. Gue gak muluk-muluk
saat itu. Gue cari judul yang sekiranya gue mampu untuk bertanggung jawab dan
bisa. Berhubung gue gak suka statistik atau hal-hal yang berbau matematika,
akhirnya gue memilih metode kualitatif yang mengandung unsur kata-kata. Gue
suka baca? Itu pasti. Hehe..
Percobaan pertama gagal. Oke, gue benahi. Mungkin kaprodi
gak interest dengan topik yang gue
angkat. Percobaan kedua ternyata langsung berhasil. Tapi di titik ini gue
bingung. Gue dapat judul yang sesuai dengan minat gue. Tapi gue gak yakin. Gak
tau kenapa. Judul kedua gue itu tentang Phrase. Perbedaan dan persamaan English Phrase dan Indonesian Phrase. P1
dan P2 gue adalah orang-orang yang kompeten. Misshel yang mahir dalam bidang
Linguisticsnya, dan Mam Irma yang sangat teliti untuk segala prosedur dalam
skripsi. Sebelum dinyatakan berhak menulis proposal, know what I mean? Gue mesti minta Ttd dosen pembimbing gue. Well,
dipikiran gue saat itu adalah tinggal nemuin dan masalah beres. Beres di
Misshel, saatnya meluncur ke rumah P1 gue yaitu Mam Irma. Seingat gue saat itu
adalah gue yang pucat pasi dapat pertanyaan-pertanyaan dari beliau. Seputar
judul gue. “Kenapa interest dengan judul itu? Metode apa yang dipakai? Kamu
yakin ambil judul itu?” Pertanyaannya gampang sebenarnya. Tapi gue gak ada preparation. Dan gak mikir juga bakal
ditanyain sedetail itu. Puft..
Jadilah gue tergagap. Gue cuma menunduk lesu. Mengakui jika gue terlalu gegabah
menemui beliau tanpa persiapan. Statement akhir beliau yang menyentak gue saat
itu “Ibarat sebuah rumah, kamu harus pasang pondasi yang kuat.” Pondasi di sini
gue menyimpulkan adalah sumber-sumber bacaan dan pengetahuan tentang judul itu
yang harusnya udah gue pelajari dan gue ketahui.
Karena masih ketakutan menemui P1, jadilah gue bisa pasrah.
Bukan menyerah ya. Gue masih berinisiatif googling
untuk nyari info tentang judul gue. Cuma sedikit yang gue dapat. Waktu enggan
menunggu lagi. Gue kecolongan lagi karena masa KKN datang.
“Pelajaran yang bisa diambil dari rentetan kejadian gue saat
itu adalah jangan pernah menunggu hari esok (jangan menunda-nunda).”
Sebenarnya masih ada hal yang mengganjal saat itu hehe. Gak
penting juga sih sebenarnya. Namun gue berharap gak ada orang yang terjebak
dengan label rasa sesaat. Semua orang pernah jatuh cinta bukan? Merasakan patah
hati? Gue rasa semua orang pernah. Nah saat itu adalah saat di mana otak dan
hati gue gak sinkron. Gue gak pernah segitunya menambatkan hati ke orang sampe
kehilangan logika gue saat itu. Bukan bodoh. Bukan. Gue gak sejauh itu untuk
percaya sama makhluk yang berkelamin laki-laki. Alasannya simple sih. Gue udah
pernah dikecewain. Gue ngira dia orang yang beda namun ternyata nggak. Dan gue
bisa memastikan bahwa saat itu gue cuma terobsesi dengan dia. Karena cinta yang
gue tahu gak serumit itu. Cinta gak meminta kita berjuang sendirian. Kayaknya
curcol cintanya sampe sini aja deh haha.. Gak enak kalo kebanyakan. Bisa besar
kepala tuh orang. Huh..
Alasan patah hati menambah daftar penundaan gue mengerjakan
skripsi. Gue harus membayarnya dengan kerja keras. Tersadar, gue gak mau
ngecewain orang-orang yang memang benar tulus menyayangi gue.
PPL - Project ESP –
KKN – Patah Hati - What else?
*Proposal
Setelah balik dari masa KKN. Gue gak mau menunda-nunda lagi.
Gue menghabiskan malam-malam panjang gue di depan laptop. Kadang smpe jam 3
pagi. Gue browsing hal-hal terkait judul gue.
And finally, gue
menambatkan hati pada analisis koran Jakarta Post. Allah memang tahu kadar
kesanggupan hambanya. Judul lengkap gue adalah “Derivational Process Analysis
of English Nouns in The Jakarta Post Articles.” Perjuangan membuat proposal pun
gak gampang. 2 bulan dihandle P2 gue. Saat itu dibenak gue adalah sebuah
kesempatan. Seperti halnya kesempatan yang datang, gue gak mau nunda buat
revisi.
Saat orang-orang berjubel mendaftar seminar, gue cuma bilang
selamat. Karena bagi gue mereka memang pantas untuk mencapai fase itu. Gak ada
rasa iri sedikit pun. Come on, udah
banyak rentetan cerita yang gue lalui. Dan itu memang gak mulus. Masa gue
nyerah gini aja sih? Gak lucu bukan. Hehe.. Itulah mengapa salah satu alasan
gue tetap bangkit. Gue yakin bahwa kita punya cerita yang berbeda. Buatlah ceritamu
semenarik mungkin. Jangan pernah mencoba menjadi orang lain.
*Seminar
Tibalah gue di fase itu. Bersyukur banget. Kalo inget
perjuangannya berasa mau nangis nih sekarang. Hehe.. Saat itu pendaftaran
seminar adalah pendaftaran gelombang terakhir. Harapan untuk bisa wisuda di
bulan Oktober pun tipis sekali. Fyi, gue seminar di tanggal 9 Juli 2015. Segala
upaya udah gue lakuin. Belajar mati-matian pastinya. But I was still nervous. Gue yang kala itu mengupdate status di salah
satu aplikasi pesan singkat berharap dapat mengurangi ketegangan. Dan benar
adanya. Seseorang di masa lalu menyapa dan memberi dukungan. Kata-katanya
sepele. Namun berdampak besar pada suasana hati gue. “Yakin aja kalo misal kamu
yang buat, kamu pasti bisa.” Ujarnya mengomentari status gue. Gue membeku untuk
waktu yang lama. Kata-katanya masih mempengaruhi gue ternyata.
Hari itu kami diuji dengan 10 dosen. Gue menargetkan A untuk
seminar proposal. Bagi gue target adalah hal utama. Dengan adanya target, gue
gak bakal peduli dengan apapun di depan sana. Sesulit apapun. Karena bagi gue
adalah melakukan yang terbaik semampu gue.
Gue mendapatkan giliran terakhir untuk mempresentasikan
proposal gue. But never mind. I enjoyed.
Lagi-lagi hikmahnya pun ada. Bimbingan yang menurut gue sangat lama itu pun
membuahkan hasil. Saat orang hanya butuh waktu 1 bulan untuk Acc di P2, gue butuh 2 bulan lebih. Dan itu
gak mudah. Revisi gue banyak. Coretan bertebaran di mana-mana. Namun dari
itulah gue belajar. Imbasnya adalah seminar gue. Gue hapal betul seluk-beluk
isi proposal gue. Ya karena gue udah menekurinya sejak lama. Thanks, I got A on seminar.
*Ujian Skripsi
Lagi-lagi gue bersyukur dengan judul skripsi gue. Gue gak
perlu ke sekolah untuk penelitian. Yap, after
seminar, gue langsung buat bab 4 dan 5. Honestly,
saat itu gue belum revisi seminar. Haha. Emang bandel nih gue. Tolong jangan
ditiru ya. Di pikiran gue hanyalah wisuda bulan Oktober. Dan gue belum tenang
jika belum daftar sidang. Jadilah gue seperti robot yang tak kenal lelah. Gue harus
membayar mahal semua hal jika ingin meraih gelar S.Pd tahun itu.
2 minggu. Ya, gue butuh waktu 2 minggu ternyata untuk
menyelesaikan bab 4 dan 5. Sempet drop gara-gara memaksakan diri. Gimana gak
maksain diri. Seharian di depan laptop. Gak bakal beranjak jika bukan untuk
shalat, makan, dan ke WC. Hahaa..
Saat itu gak ada rasa putus asa yang terbesit sedikit pun. Gue
gak berhenti berdoa dan berusaha. Setelah adzan dan hujan adalah waktu terbaik
bagi gue untuk bermunajat. Gue gak muluk-muluk. Gue cuma mau wisuda di tahun
2015. Allah Maha baik. Harapan itu pun lambat laun dapat terealisasi. Jangan lupakan
jasa P2 gue yaitu Misshel yang udah buat gue tampil terbaik di seminar. Dan p1
gue yang udah percaya sepenuhnya ke gue. Thanks, Mam Irma. Meski punya rencana
ke luar kota, masih mau gue temui untuk bimbingan. I never forget it.
Masih banyak kerikil terjal di depan sana. Daftar ujian pun
gak bisa dianggap enteng. Urusan administrasi dan hal remeh temeh memang
menyita perhatian lebih. Desas desus bahwa tidak ada ujian skripsi lagi pun
saat itu tak terelakkan. Gue udah bertekad. Sejauh itu gue anggap baik. Gue akan
jalani proses itu dengan benar. Gue gak akan nyerah. Desas-desus itu pun
menyebar. Gue inget saat itu gue ambil bagian untuk berinisiatif bertanya
langsung pada petinggi kampus. Alhamdulillah, beliau dengan tegas berujar bahwa
ujian skripsi masih dibuka. Jadilah saat itu semangat gue meletup-letup.
Gak kebayang kalo gue nangis di kampus gara-gara kasus yang
gak jelas kebenarannya. Wkwk.
Hari sidang pun tiba. Dihadapkan pada 2 orang pembimbing dan
2 orang penguji membuat gue cukup gugup. Tampil pertama kali juga. Huhu..
Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Ada miss Arda dan Sir Djend yang begitu
fair dalam memberi nilai. Hehe. I got A
on Thesis examination! Alhamdulillah. Gak ada hasil yang berkhianat pada
usaha bukan?
Setelah sidang, kebahagiaan pun bertambah. Siapa yang gak
bahagia dapat support sahabat sendiri? Thanks untuk Mega yang hari itu gak protes
gue ajakin makan mie ayam haha.. Dia sahabat terbaik gue hingga detik ini. Saat
temen-temen lainnya mungkin udah nyerah menghadapi tingkah gue yang gak mau
ribet urusan judul, dia dengan sabar membujuk.
It means a lot for me, Ga.
24 Oktober 2015. Hari bersejarah pun tiba. Resmi sudah gelar
itu disematkan di belakang nama kami. Seperti halnya ilmu padi, maka tak ada
hal yang patut disombongkan mengenai hal itu.
Tetap berusaha mengejar mimpi!
Terimakasih untuk kamu yang sudi meluangkan waktu membaca
tulisan ini.
My everything <3 |