Senin, 19 Desember 2016 0 comments

Perjuangan Menuju Gelar S.Pd



Assalamulaikum....
Holaa......

It’s been a long time do not share story about me. :D
Gue sadar kalo ide nulis di blog ini kebanyakan tentang puisi absurd gue haha..
Well, gue mau share tentang moment wisuda gue tahun lalu. Serasa basi gak sih? Semoga enggak ya. Banyak hal yang membuat gue selalu menunda-nunda nulis tentang hal ini, mungkin perihal waktu ya. Dan menurut gue waktunya sudah tepat untuk menutup tahun 2016 ini. #Ngeles
Langsung aja ya. Kalo gue boleh kasih saran nih mending pake kacamata dan tissue. Ceritanya bakal panjang dan bikin mata lo pedih. Tissuenya? Buat jaga-jaga aja. Kali aja mata lo kelilipan. Wkwk. Gue becanda.... 

*Pengajuan Judul
Ini tahapan paling sakral bagi gue. Bukan gue menyepelekan hal ini. Justru karena menurut gue keramat, gue jadi keabisan ide buat nyari judul skripsi. Huaaaaa...
Udah worry duluan sih lebih tepatnya. Kalo misal gini? Kalo misal gitu? Bakal bisa gak ya gue? Hal itu terus mengusik gue dan menari-nari indah dalam pikiran gue. Bah!
Judul itu sebenarnya gak ribet. Namun guelah dalang yang membuat semuanya jadi ribet. Sebelum memutuskan mengajukan judul, kami diminta mengajar ke sekolah (read: Kegiatan PPL). Kurang lebih 2 bulan. Gue lupa tepatnya hehe... Gue dapat di SMA favorite di kota gue. Dulunya tuh sekolah sempet nolak gue haha. Gak sekolah di sana tapi berkesempatan ngajar di sana. How lucky I am, right? Terimakasih, Tuhan..
Selama PPL di SMA itu, kami dituntut mengaplikasikan Kurikulum 2013. K-13 biasa kami menyebutnya seperti itu. K-13 itu belum familiar  di sana dan gurunya pun masih minim sekali yang menerapkan. Jadilah kami kebingungan. Bertanya sana-sini. Download panduan buku guru dan buku siswa K-13. But finally, kita dapat jalan keluarnya. Terlebih gue yang dapat bantuan dari Bunda Dian; guru SMP gue tersayang. Hehe..Terimakasih, Bunda atas arahan K-13 nya. Karena terlalu asik menggeluti K-13 selama PPL, gue melupakan yang namaya judul. Tidak melupakan sih sebenarnya. Gue salah dalam bertindak aja. Gue mikirnya kalo gue bakal fokus setelah kegiatan PPL berlangsung, tapi nyatanya semua gak semulus dugaan gue. Manusia cuma bisa berencana. Itu benar sekali.
After PPL, kami kembali kuliah, namun gak seaktif biasanya. Hanya satu MK yang tersisa yang harus kami tuntaskan. English Specific Purposes (ESP). MK yang punya bobot 2 SKS  ini gak bisa dianggap gampang. Salah banget kalo lo menilainya seperti itu. ESP menuntut kami berpikir keras. Miss Arda adalah Dosen Pengampu MK tersebut. Beliau orangnya tegas dan teliti dalam menilai mahasiswanya. Jadilah gue ketar-ketir sendiri. Project buku pun menjadi Final Assignment untuk MK itu. Awalnya kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 10 orang atau bahkan lebih. Singkatnya kelompok gue kebagian tentang English for Islamic Education. Yap, kami harus observasi dulu ke salah satu kampus, kemudian melakukan penelitian (include interview, write the data, take some pictures, and also record). Lelah? Jangan ditanya. Haha.. Tapi bukankah orang kuliah harus bersusah payah menuntut ilmu? *Mulai bijak mode on.
Ekspektasi tinggallah ekspektasi. Gue udah mulai mikir judul sebenarnya saat itu, namun apa mau dikata. Project buku menyita waktu gue. Gue inget cuma ada orang 3 termasuk gue yang paling getol ngerjain tugas itu. Maka jadilah gue mengenyampingkan urusan judul. Kembali fokus untuk untuk Project buku itu. Tapi waktu gak bisa nunggu bukan? Gue nyesel dengan keputusan gue yang terkesan lamban? Nggak. Nggak sama sekali. Malah gue dapet pembelajaran setelah gue melewati itu semua...
Saat temen-temen lain mendengungkan jika judulnya di acc. Gue cuma tersenyum simpul dan minta didoakan. Ya gue minta didoakan agar segera dapat hidayah untuk mengajukan judul. Haha
Gue tipe orang yang keras kepala. Kalo gue udah fokus di satu titik, membuat gue lupa prioritas. Setelah PPL, Project Buku ESP, what else?
Wait....
Desember 2014. Di penghujung tahun gue bertekad concern ke judul. Gue gak muluk-muluk saat itu. Gue cari judul yang sekiranya gue mampu untuk bertanggung jawab dan bisa. Berhubung gue gak suka statistik atau hal-hal yang berbau matematika, akhirnya gue memilih metode kualitatif yang mengandung unsur kata-kata. Gue suka baca? Itu pasti. Hehe..
Percobaan pertama gagal. Oke, gue benahi. Mungkin kaprodi gak interest dengan topik yang gue angkat. Percobaan kedua ternyata langsung berhasil. Tapi di titik ini gue bingung. Gue dapat judul yang sesuai dengan minat gue. Tapi gue gak yakin. Gak tau kenapa. Judul kedua gue itu tentang Phrase. Perbedaan dan persamaan English Phrase dan Indonesian Phrase. P1 dan P2 gue adalah orang-orang yang kompeten. Misshel yang mahir dalam bidang Linguisticsnya, dan Mam Irma yang sangat teliti untuk segala prosedur dalam skripsi. Sebelum dinyatakan berhak menulis proposal, know what I mean? Gue mesti minta Ttd dosen pembimbing gue. Well, dipikiran gue saat itu adalah tinggal nemuin dan masalah beres. Beres di Misshel, saatnya meluncur ke rumah P1 gue yaitu Mam Irma. Seingat gue saat itu adalah gue yang pucat pasi dapat pertanyaan-pertanyaan dari beliau. Seputar judul gue. “Kenapa interest dengan judul itu? Metode apa yang dipakai? Kamu yakin ambil judul itu?” Pertanyaannya gampang sebenarnya. Tapi gue gak ada preparation. Dan gak mikir juga bakal ditanyain sedetail itu. Puft.. Jadilah gue tergagap. Gue cuma menunduk lesu. Mengakui jika gue terlalu gegabah menemui beliau tanpa persiapan. Statement akhir beliau yang menyentak gue saat itu “Ibarat sebuah rumah, kamu harus pasang pondasi yang kuat.” Pondasi di sini gue menyimpulkan adalah sumber-sumber bacaan dan pengetahuan tentang judul itu yang harusnya udah gue pelajari dan gue ketahui.
Karena masih ketakutan menemui P1, jadilah gue bisa pasrah. Bukan menyerah ya. Gue masih berinisiatif googling untuk nyari info tentang judul gue. Cuma sedikit yang gue dapat. Waktu enggan menunggu lagi. Gue kecolongan lagi karena masa KKN datang.
“Pelajaran yang bisa diambil dari rentetan kejadian gue saat itu adalah jangan pernah menunggu hari esok (jangan menunda-nunda).”
Sebenarnya masih ada hal yang mengganjal saat itu hehe. Gak penting juga sih sebenarnya. Namun gue berharap gak ada orang yang terjebak dengan label rasa sesaat. Semua orang pernah jatuh cinta bukan? Merasakan patah hati? Gue rasa semua orang pernah. Nah saat itu adalah saat di mana otak dan hati gue gak sinkron. Gue gak pernah segitunya menambatkan hati ke orang sampe kehilangan logika gue saat itu. Bukan bodoh. Bukan. Gue gak sejauh itu untuk percaya sama makhluk yang berkelamin laki-laki. Alasannya simple sih. Gue udah pernah dikecewain. Gue ngira dia orang yang beda namun ternyata nggak. Dan gue bisa memastikan bahwa saat itu gue cuma terobsesi dengan dia. Karena cinta yang gue tahu gak serumit itu. Cinta gak meminta kita berjuang sendirian. Kayaknya curcol cintanya sampe sini aja deh haha.. Gak enak kalo kebanyakan. Bisa besar kepala tuh orang. Huh..
Alasan patah hati menambah daftar penundaan gue mengerjakan skripsi. Gue harus membayarnya dengan kerja keras. Tersadar, gue gak mau ngecewain orang-orang yang memang benar tulus menyayangi gue.
PPL - Project ESP –  KKN –  Patah Hati - What else?

*Proposal
Setelah balik dari masa KKN. Gue gak mau menunda-nunda lagi. Gue menghabiskan malam-malam panjang gue di depan laptop. Kadang smpe jam 3 pagi. Gue browsing hal-hal terkait judul gue.
And finally, gue menambatkan hati pada analisis koran Jakarta Post. Allah memang tahu kadar kesanggupan hambanya. Judul lengkap gue adalah “Derivational Process Analysis of English Nouns in The Jakarta Post Articles.” Perjuangan membuat proposal pun gak gampang. 2 bulan dihandle P2 gue. Saat itu dibenak gue adalah sebuah kesempatan. Seperti halnya kesempatan yang datang, gue gak mau nunda buat revisi.
Saat orang-orang berjubel mendaftar seminar, gue cuma bilang selamat. Karena bagi gue mereka memang pantas untuk mencapai fase itu. Gak ada rasa iri sedikit pun. Come on, udah banyak rentetan cerita yang gue lalui. Dan itu memang gak mulus. Masa gue nyerah gini aja sih? Gak lucu bukan. Hehe.. Itulah mengapa salah satu alasan gue tetap bangkit. Gue yakin bahwa kita punya cerita yang berbeda. Buatlah ceritamu semenarik mungkin. Jangan pernah mencoba menjadi orang lain. 

*Seminar
Tibalah gue di fase itu. Bersyukur banget. Kalo inget perjuangannya berasa mau nangis nih sekarang. Hehe.. Saat itu pendaftaran seminar adalah pendaftaran gelombang terakhir. Harapan untuk bisa wisuda di bulan Oktober pun tipis sekali. Fyi, gue seminar di tanggal 9 Juli 2015. Segala upaya udah gue lakuin. Belajar mati-matian pastinya. But I was still nervous. Gue yang kala itu mengupdate status di salah satu aplikasi pesan singkat berharap dapat mengurangi ketegangan. Dan benar adanya. Seseorang di masa lalu menyapa dan memberi dukungan. Kata-katanya sepele. Namun berdampak besar pada suasana hati gue. “Yakin aja kalo misal kamu yang buat, kamu pasti bisa.” Ujarnya mengomentari status gue. Gue membeku untuk waktu yang lama. Kata-katanya masih mempengaruhi gue ternyata.
Hari itu kami diuji dengan 10 dosen. Gue menargetkan A untuk seminar proposal. Bagi gue target adalah hal utama. Dengan adanya target, gue gak bakal peduli dengan apapun di depan sana. Sesulit apapun. Karena bagi gue adalah melakukan yang terbaik semampu gue.
Gue mendapatkan giliran terakhir untuk mempresentasikan proposal gue. But never mind. I enjoyed. Lagi-lagi hikmahnya pun ada. Bimbingan yang menurut gue sangat lama itu pun membuahkan hasil. Saat orang hanya butuh waktu 1 bulan untuk Acc di P2, gue butuh 2 bulan lebih. Dan itu gak mudah. Revisi gue banyak. Coretan bertebaran di mana-mana. Namun dari itulah gue belajar. Imbasnya adalah seminar gue. Gue hapal betul seluk-beluk isi proposal gue. Ya karena gue udah menekurinya sejak lama. Thanks, I got A on seminar.

*Ujian Skripsi
Lagi-lagi gue bersyukur dengan judul skripsi gue. Gue gak perlu ke sekolah untuk penelitian. Yap, after seminar, gue langsung buat bab 4 dan 5. Honestly, saat itu gue belum revisi seminar. Haha. Emang bandel nih gue. Tolong jangan ditiru ya. Di pikiran gue hanyalah wisuda bulan Oktober. Dan gue belum tenang jika belum daftar sidang. Jadilah gue seperti robot yang tak kenal lelah. Gue harus membayar mahal semua hal jika ingin meraih gelar S.Pd tahun itu.
2 minggu. Ya, gue butuh waktu 2 minggu ternyata untuk menyelesaikan bab 4 dan 5. Sempet drop gara-gara memaksakan diri. Gimana gak maksain diri. Seharian di depan laptop. Gak bakal beranjak jika bukan untuk shalat, makan, dan ke WC. Hahaa..
Saat itu gak ada rasa putus asa yang terbesit sedikit pun. Gue gak berhenti berdoa dan berusaha. Setelah adzan dan hujan adalah waktu terbaik bagi gue untuk bermunajat. Gue gak muluk-muluk. Gue cuma mau wisuda di tahun 2015. Allah Maha baik. Harapan itu pun lambat laun dapat terealisasi. Jangan lupakan jasa P2 gue yaitu Misshel yang udah buat gue tampil terbaik di seminar. Dan p1 gue yang udah percaya sepenuhnya ke gue. Thanks, Mam Irma. Meski punya rencana ke luar kota, masih mau gue temui untuk bimbingan. I never forget it.
Masih banyak kerikil terjal di depan sana. Daftar ujian pun gak bisa dianggap enteng. Urusan administrasi dan hal remeh temeh memang menyita perhatian lebih. Desas desus bahwa tidak ada ujian skripsi lagi pun saat itu tak terelakkan. Gue udah bertekad. Sejauh itu gue anggap baik. Gue akan jalani proses itu dengan benar. Gue gak akan nyerah. Desas-desus itu pun menyebar. Gue inget saat itu gue ambil bagian untuk berinisiatif bertanya langsung pada petinggi kampus. Alhamdulillah, beliau dengan tegas berujar bahwa ujian skripsi masih dibuka. Jadilah saat itu semangat gue meletup-letup.
Gak kebayang kalo gue nangis di kampus gara-gara kasus yang gak jelas kebenarannya. Wkwk.
Hari sidang pun tiba. Dihadapkan pada 2 orang pembimbing dan 2 orang penguji membuat gue cukup gugup. Tampil pertama kali juga. Huhu.. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Ada miss Arda dan Sir Djend yang begitu fair dalam memberi nilai. Hehe. I got A on Thesis examination! Alhamdulillah. Gak ada hasil yang berkhianat pada usaha bukan?
Setelah sidang, kebahagiaan pun bertambah. Siapa yang gak bahagia dapat support sahabat sendiri? Thanks untuk Mega yang hari itu gak protes gue ajakin makan mie ayam haha.. Dia sahabat terbaik gue hingga detik ini. Saat temen-temen lainnya mungkin udah nyerah menghadapi tingkah gue yang gak mau ribet urusan judul, dia dengan sabar membujuk.
It means a lot for me, Ga.
24 Oktober 2015. Hari bersejarah pun tiba. Resmi sudah gelar itu disematkan di belakang nama kami. Seperti halnya ilmu padi, maka tak ada hal yang patut disombongkan mengenai hal itu.
Tetap berusaha mengejar mimpi!

Terimakasih untuk kamu yang sudi meluangkan waktu membaca tulisan ini.


My everything <3


Kamis, 15 Desember 2016 0 comments

Pengagum Tulisanmu




Sama seperti langit. Seakan sulit menggenggammu.. via https://simomot.com/2014/03/28/bagi-para-pengagum-langit-ini-dia-foto-foto-milky-way-yang-menakjubkan/

Memandang profilemu di social media.
Membaca tiap perkata tulisanmu.
Memikirkan perihal kehidupanmu.
Siapa yang tak tahu?
Dua bukumu laku keras di pasaran.
Label best seller pun merebak di gerai-gerai toko buku.

Aku memandangmu dari jauh.
Jarak yang cukup aman tanpa kau ketahui.
Karena percayalah, kita bahkan belum bertemu sebelumnya.
Jadwalmu padat.
Seminarmu disesaki banyak orang.
Antusias mereka mendengarkanmu berbicara.
Lagi-lagi aku hanya menatapmu dari jauh.

Kau adalah pemuda yang dielu-elukan banyak wanita di luar sana.
Siapa yang tak tertarik dengan kepribadian indahmu?
Aku tersenyum kecut.
Merasa tak pantas jika terpikir untuk memiliki cerita indah bersamamu.
Aku buru-buru menepis atau bahkan menghapusnya dalam benakku.

Karena siapalah aku ini bagimu?
Seseorang yang hanya mengagumi tulisanmu.
By the way, semoga lekas sembuh untuk kamu.

0 comments

Izinkan Aku Menjaga Hati


Bantu aku untuk menjaga via http://duniajilbab.co.id/inspirasi-hijrah/bantu-aku-untuk-menjaga/

Saat bersitatap dengannya pertama kali.
Merasakan perasaan membuncah yang tak terperi.
Aku bertanya pada diri.
“Kenapa aku seperti ini?”

Ia tak melakukan apapun.
Juga tak berniat menarik perhatian sekalipun.
Aku kembali bertanya pada diri.
“Kenapa aku seperti ini?”

Kepalaku diisi dengan ribuan pertanyaan.
Merambat dan menikung hingga ke ulu hati.
Ya Tuhan, jangan beri rasa ini lagi.
Aku tak mau.
Tak mau jika hanya aku sendiri yang menyulam harapan itu.
Berangan-angan panjang tentang cerita indah.
Aku menegaskan diri.
Aku tak mau!

Biar.
Biar tinggalkan aku sendiri.
Lebih baik seperti ini.
Aku mungkin memiliki hati yang mudah goyah.
Apalagi mengenaimu.
Hatiku cepat sekali ingkar dengan perkataanku sendiri.
Tapi aku menutupinya sangat rapi bukan di depanmu?
Jadi biarlah seperti ini.
Aku akan menjaga hati.
Hari itu akan tiba.
Setelah semua puzzle tersusun dengan tepat.
Hari itu akan tiba di saat yang terbaik.
Takdir Tuhan selalu indah dan memesona.
Maka jangan pernah sekalipun meragukannya.

Izinkan aku menjaga hati.....
 
;