Yang aku tahu, dulu aku mencintainya
Ini bukan perihal aku dengan sukarela melepasnya
Namun aku yang dengan sendirinya sadar
Aku tak ingin ia bertahan di saat membohongiku
Katakanlah aku jahat karena ingin memiliki dirinya
seutuhnya
Namun lebih baik seperti itu bukan?!
Lebih baik mengakhiri semua tanpa ada yang tersakiti
dengan kebohongan
Berkutat lagi dengan masalalu pahit itu membuatku
menahan napas berkali-kali
Aku memegang prinsip itu tangguh
Aku sungguh tak ingin ia membagi hatinya
Tapi semua hanyalah angan
Saat aku dengan gamblang mengujinya
Meminta ia untuk memilih wanita itu
Seharusnya ia mengenaliku dengan baik
Aku tak baik-baik saja
Aku tak rela ia memilihnya
Aku tak menginginkan itu terjadi
Tidak cukup jelaskah sorot kesedihan dan kehilangan
yang terpendar di manik mataku?
Aku hanya bisa mengerang dalam hati
Lelaki memang
makhluk yang tidak peka sama sekali
Ia dengan gampangnya percaya pada wajah tegarku
Dengan setengah mati aku memaksakan sebuah senyuman
itu dulu
“Dia lebih butuh kamu daripada aku” ucapku mantap
padanya
Pernyataan bodoh itu memutar bagaikan kaset rusak di
otakku
Yang sukses mengurungku ke dalam lubang kesakitan
selama lima tahun
Ia tahu betapa sulitnya meluluhkan hatiku yang
bagaikan es ini
Aku pun susah payah membangun dinding pertahananku
sekuat mungkin
Aku tak ingin percaya pada cinta.... lagi.......
Menyesalkah aku dengan keputusanku dulu?
Tidak sama sekali
Aku malah tersenyum hangat sekarang
Betapa Tuhan membuka mataku
Memberikan aku petunjuk untuk tidak egois
mempertahankannya
Lelaki yang tak bisa menjaga sebuah hati saat
kepercayaan itu sepenuhnya aku berikan
Ku kira aku masih mencintainya hingga sekarang
Ternyata aku salah
Ia tak lebih dari sebuah masalalu yang membekas
Kenangannya membuatku terpekur lama
Sedih, bahagia, dan tawa terangkai dalam satu kisah
indah di sekolah
Aku tak dapat memisahkan kenangan di waktu sekolah
dengannya
Saat aku mengingat jelas moment yang tergambar di kilasan memori itu
Aku pun akan mengingatnya
Wajah lugu dan tingkah polosnya
Yang entah tanpa aku sadari, sejak pertama
melihatnya, aku tlah terpikat untuk berada di dunianya
Ia kekal di dalam hati ini
Menempati sebuah relung tanpa bisa aku cegah
Sampailah aku di suatu titik yang aku yakini
Aku hanya mencintai ia yang dulu
Ya, ia cinta pertamaku
Tapi mengapa aku begitu sulit melupakannya?
Itu karena kekecewaanku yang tak pernah surut
Pernahkah kau mempercayai seseorang dengan sepenuh
hatimu?
Tanpa pernah menuntut apapun
Kau berusaha menjadi yang terbaik baginya
Tapi kenyataan sungguh memporak-porandakan hatimu
Pengkhianatan adalah hal terkeji bagiku pada suatu
hubungan
Dan aku takkan pernah ingin kembali walaupun aku
sangat ingin
Aku kembali harus menekan perasaanku lagi dan lagi
Menutupinya terus menerus
Ia yang tak memilihku
Seakan kenyataan itu menghunusku
Menghujami hatiku dengan ribuan belati
Keberadaanku yang tak begitu penting di hidupnya
membuat pertahananku hancur seketika
Ia baik-baik saja, bisa dikatakan bahagia tanpa aku
di dalamnya
Dan aku lagi-lagi harus menyuarakan hatiku dengan
tegas
Aku tak percaya pada cinta... lagi.......