ISBN : 9789790338371
Ukuran : 13 x
19 cm – (286 gram)
Halaman : 224 Penulis : Roidah
Penerbit : Erlangga
Sinopsis:
Rhada tak pernah bisa melupakan Osman, pria
yang telah memikat hatinya selama bertahun-tahun. Sayang, cintanya tak juga
kunjung berbalas.
Lelah dengan kehidupan duniawi, ia pun
memutuskan untuk bersimpuh di Tanah Suci Mekkah. Bersama kedua orang tuanya,
Rhada mengalami berbagai kejadian menarik dan penuh makna selama menunaikan
ibadah haji.
Cinta Rhada pada Rasulullah dan
Penciptanya juga telah menyadarkannya untuk mengikhlaskan kisah cinta itu pada
Kuasa-Nya. Hingga suatu hari, Osman menghubunginya dari Tanah Air dan Rhada
kembali terlontar ke masa lalu.
Madinah – Mekkah
– Mina – Jeddah
Larut dalam kisah ini. Setting tempatnya
membuat saya merasakan keinginan yang membuncah agar dapat ke sana bersama kedua orang tua dan keluarga.
Aamiin.
Cerita bermula ketika Rhada merasa lelah
dengan kehidupan duniawinya, Ia kemudian memutusakan untuk berhaji bersama
kedua orang tuanya. Karir dan prestasi yang cemerlang sebagai Public Relation Manager tak lantas membuatnya
bahagia. Ia terasa kosong. Siapa sangka gadis salehah itu masih menautkan
hatinya pada Osman; teman masa kecilnya yang telah 14 tahun ia kenal sekaligus
menjadi cinta pertamanya. Ia masih menunggu dan terus berharap. Osman adalah
lelaki pertama yang mengenalkannya pada kata cinta. Hanya sebuah rangkaian
kalimat “I Love You” di bus sekolah. Momen itu terpatri dan tak pernah luntur
dari kepala Rhada. Ia ingin agar Osman mengucapkannya kembali, agar ia bisa
menjawab walau hanya dengan sebuah anggukan kecil. Namun itu tak pernah
terwujud hingga sekarang. Membuat Rhada harus ikhlas melepaskan Osman, kalau memang mereka
tidak berjodoh.
Seiring berjalannya waktu, di saat ia menunaikan
ibadah haji, ia bertemu oleh dua pria. Yang pertama adalah Yusuf. Pria yang di
setiap pertemuannya selalu menebarkan kebaikan terhadap Rhada ataupun orang
lain. Pria yang kedua bernama Rudi. Rudi adalah seseorang yang pernah
menyatakan cinta pada Rhada di masa putih abu-abunya. Namun respons dari Rhada
pada saat itu adalah berlari. Ia
berlari ke gerbang sekolahnya dan bersembunyi di pos satpam.
Kini
Rhada diliputi oleh rasa bimbang. Ia menumpahkan risaunya di depan Kakbah. Ia tak
ingin lagi bermain dalam kisah yang hanya fatamorgana.
“Ya
Allah, pilihkan saja salah satu dari mereka untukku. Engkau tahu, aku hanya
menetapkan satu persyaratan bagi mereka, yaitu cintanya pada-Mu. Jangan
pertemukan hatiku dengan lelaki yang bukan jodohku….”
Rhada,
kembali gadis itu menelan kekecewaan. Hendar; lelaki yang juga mencintai Rhada
dan mengejar-ngejar cintanya itu melakukan berbagai cara untuk menarik
perhatiannya. Bahkan di saat ia tahu bahwa Rhada menyukai Osman dan hanya Osman
lah yang ada di hatinya, ia sedikitpun tidak gentar. Ia justru mengatakan pada
Osman untuk tidak menghubungi Rhada lagi.
Benar-benar
kisah yang bikin mewek yaa? -_____-
Lanjuuuuuutttt
..............
Rudi; lelaki di masalalu Rhada itu
kembali mengungkapkan perasaannya saat dipertemukan kembali dengan Rhada di
Mekkah. Ia tahu bahwa Rhada adalah gadis salehah. Alasan itu pula yang
membuatnya memberanikan diri menyatakan cintanya pada Rhada dulu. Di lain pihak
Rhada pun dilanda kebimbangan. Ia tak bisa menerima Rudi. Meskipun Rudi telah
menjadi sosok pria yang lebih religius.
Tak butuh waktu lama bagi Rudi untuk
menyembuhkan luka hatinya. Ia bertemu dengan Mutia. Gadis itu adalah teman Rudi
sewaktu SD. Allah ternyata menjodohkan keduanya. Tepat pukul 9 malam waktu
Mekkah mereka melangsungkan acara ijab kabul.
Masih bersetting di Mekkah. Kali ini
Rhada yang mendapatkan kejutan. Ia tak menyangka dirinya dilamar oleh Yusuf. Ia
pun menerima lamaran Yusuf.
“Osman yang kucintai hanya
pernah ada di masa lalu. Sementara masa lalu telah jauh pergi. Osman yang
sekarang bagiku adalah orang lain yang tak lagi kukenali. Maka, biarlah
berlalu! Jika jira-jiwa itu ibarat bala tentara, maka kita bukan dalam satu
pasukan yang sama karena jiwa kita tak saling mengenali lagi. Tak saling
merasakan satu dengan lainnya. Di mana jiwamu saat jiwaku terancam akan
terenggut dari tubuh ini? Tidak di dalam mengenang jiwaku, bukan? Kini sungguh,
aku ikhlas penuh melepaskanmu karena ternyata jiwa Yusuflah yang selalu
mendampingiku, dan itu pasti karena Dia-lah yang mengutusnya…” (Kalimat terakhir yang diukir Rhada untuk
Osman). Kini ia benar-benar melepaskan Osman setelah acara lamaran di depan
Kakbah.
Tiba di Jeddah, Rhada dikejutkan
oleh seorang penelpon. Ia adalah Osman. Lama tak menghubungi Rhada, ternyata
Osman berada di Malaysia. Ia teringat tentang Hendar yang mengatakan Rhada
adalah tunangannya. Kemudian dalam sekejap Osman bak hilang di telan bumi.
Rhada mencelos. Ia sungguh ingin mengatakan bahwa apa yang dikatakan Hendar
adalah tidak benar. Namun sejak kejadian itu ponsel Osman tidak aktif. Hal itu
pula yang menambah kekuatan Rhada untuk segera melupakan Osman.
Rhada menceritakan bahwa ia telah
menemukan seseorang yang kelak mendampinginya kepada Osman. Osman tak menjawab.
Ia ingin menjelaskan isi hatinya pada Rhada.
“Aku cuma ingin merasa lega dan
sedikit berharap kamu masih mempertimbangkan penjelasanku ini, dan maaf untuk
siapa pun lelaki di sana yang sudah kupintas,”
“Aku mencintaimu
dari dulu hingga kini, Rha. Jujur aku sangat ingin meminangmu” ucap Osman di
ujung telpon.
Deg !!!!
Kenapa baru sekarang si Osman
menyatakan perasaannya ? -____-
Ke
mana aja selama ini ,,, huhffft
“Maaf, Osman, aku dengan berat hati harus menolakmu.
Kita memang punya masa lalu yang mengharukan, tetapi kita tidak hidup untuk
masa lalu yang belum tentu sama nilainya dengan apa yang akan terjadi di masa
depan. Jadi, aku memilih menatap hari ini untuk menciptakan masa depan bersama
Yusuf. Kuharap keputusan ini tidak membuatmu membenciku. Aku yakin itu.
Sungguh, maafkan aku......“ tutup Rhada.
“Tapi, kita tetap bisa berteman,
Osman.“ Rhada mencoba sedikit menghibur.
“Semoga
kamu bahagia, Rhada. Salamku untuk calon suamimu yang telah berhasil meraih
satu-satunya permata hati yang pernah kusimpan selama ini di batinku. Entah akan
adakah penggantinya,“ desis Osman.
See?
Mengharu biru sekali kan ceritanya?
Ternyata mereka selama ini memendam perasaannya. T_T *siapintissue
Mungkin karena mereka tidak berjodoh.
Perjalanan hati kini benar-benar
telah Rhada kunci untuk Yusuf semata. Yusuf tiada henti menampakkan wajah cerah
dan senyumnya pada Rhada. Di saat bersamaan pula, wajah Rhada tak kalah
berbinarnya setiap kali mata teduh Yusuf menatapnya.
Mereka bersiap kembali ke Tanah Air
dan menyongsong kehidupan masa depan mereka.
THE END