![]() |
True Love |
Aku telah berhasil menghapusnya dalam ingatan, benak, dan
harapan masa depan. Aku tersenyum kecil mengingatnya.
Aku bukan melupakan. Salah besar jika mengatakan aku bisa
melupakannya. Aku hanya melepaskannya. Sama seperti orang-orang yang pernah
singgah di hidupku sebelumnya. Aku memilih melepaskan jika ternyata di luar sana mereka bisa
memperoleh bahagia daripada harus bertahan denganku, tetapi hati mereka memilih
yang lain. Bukankah itu Hakikat Cinta?
Setidaknya dengan bersikap seperti itu, aku akan bahagia. Ya, ternyata bahagia mereka mengundang
bahagiaku juga. Mungkin itulah cara sederhananya.
Dan kau tahu, aku
hanya ingin berdamai dengan masalaluku.
Tak menutup mata,
bahwa ada banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil dari mereka.
I’m sure that Mr. Right will come in the right time ..
Kau tahu, bagaimana mungkin seseorang yang cintanya tulus
itu memaksakan cinta?
Barangkali, ini adalah kisah pahitku. Mendapati diriku dan
kenyataan itu yang mengoyek luka itu kembali.
Kenapa harus sesakit ini saat aku hampir sembuh dari
kenangan lima
tahun silam. Kenapa harus dengan cara seperti ini kau buat aku terpukul dan
jatuh lebih dalam.
Aku dapati diriku yang terhenyak saat perempuan itu dengan
mudahnya memasuki hidupmu.
Aku telah membacanya, isyarat ketertarikan itu begitu kental
terpancar dari kalian.
Kau tahu aku bukannya tipekal wanita yang mudah tertarik
dengan laki-laki. Bahkan untuk menggubrisnya sekalipun.
Dan hal itu membuat berbagai opini menyeruak di kepalamu.
Aku bertahan untukmu?
Oh Tuhan, aku tak ingin munafik. Aku hanya ingin melihat
kesungguhan ucapan-ucapanmu. Aku tak harus mengatakan semua yang pernah kau
ucapkan bukan?
Bung, kau melupakan satu hal, wanita itu bagai mesin
pengingat. Bahkan saat hal-hal sepele meluncur dari bibirmu, mereka akan
merekam dengan jelas di kepala mereka.
Ya, aku tahu sekarang jawabannya. Itu adalah “mimpi kosong
dan harapan palsu” darimu.
Kata-katamu adalah semu !!!
Kau harus tahu satu hal, aku tak pernah memaksakan cinta…. Dan kau mungkin akan terlambat menyadari. Biarlah,
aku hanya akan berujar ribuan terimakasih padamu. Setidaknya aku mengetahui
bagaimana menghargai seseorang dan bukannya menjadi pecundang yang tak mengakui
masalalunya.
***
Aku mungkin tak
layak menyampaikan kalimat itu. Tapi aku selalu terusik saat teringat. Tetiba
ada orang yang berujar kasar dan penuh makian. Ia pikir sudah mengetahui
hidupku sepenuhnya apa?
Dan lelakinya
hanya karena ingin menarik hati perempuan itu, tak pernah menganggap seseorang di
masalalunya itu ada.
Dan yang lebih
menyakitkan lagi, ia dituduh merusak hubungan mereka.
Apa-apaan kisah
ini. Memilukan sekali. Aku memijati pelipisku berulang-ulang.
Aku jelas tidak
merasa keberatan atas semua perilaku mereka.
Aku hanya salah
menilai dirimu.
Seseorang yang
tadinya aku anggap sejiwa ternyata menusukku dengan belatinya.
Cukup. Sedihku
telah aku hapus jauh sebelum aku menulis rentetan kata-kata ini.
Aku sadar,
sesadar-sadarnya Ia tak layak untuk menjadi teman hidupku.
Dan Tuhan pasti tak
mengirimnya untuk menjadi sia-sia.
Namun sebagai
pelajaran, agar aku lebih hati-hati untuk percaya pada ucapan pria. Kecuali
Ayahku.
May 16th, 2015
0 comments :
Posting Komentar