Sabtu, 16 Mei 2015

Tulus atau Memaksa?


True Love

Aku telah berhasil menghapusnya dalam ingatan, benak, dan harapan masa depan. Aku tersenyum kecil mengingatnya.
Aku bukan melupakan. Salah besar jika mengatakan aku bisa melupakannya. Aku hanya melepaskannya. Sama seperti orang-orang yang pernah singgah di hidupku sebelumnya. Aku memilih melepaskan jika ternyata di luar sana mereka bisa memperoleh bahagia daripada harus bertahan denganku, tetapi hati mereka memilih yang lain. Bukankah itu Hakikat Cinta?
Setidaknya dengan bersikap seperti itu, aku akan bahagia. Ya, ternyata bahagia mereka mengundang bahagiaku juga. Mungkin itulah cara sederhananya.

Dan kau tahu, aku hanya ingin berdamai dengan masalaluku.
Tak menutup mata, bahwa ada banyak sekali pelajaran yang bisa aku ambil dari mereka.
I’m sure that Mr. Right will come in the right time ..



Kau tahu, bagaimana mungkin seseorang yang cintanya tulus itu memaksakan cinta?
Barangkali, ini adalah kisah pahitku. Mendapati diriku dan kenyataan itu yang mengoyek luka itu kembali.
Kenapa harus sesakit ini saat aku hampir sembuh dari kenangan lima tahun silam. Kenapa harus dengan cara seperti ini kau buat aku terpukul dan jatuh lebih dalam.


Aku dapati diriku yang terhenyak saat perempuan itu dengan mudahnya memasuki hidupmu.
Aku telah membacanya, isyarat ketertarikan itu begitu kental terpancar dari kalian.
Kau tahu aku bukannya tipekal wanita yang mudah tertarik dengan laki-laki. Bahkan untuk menggubrisnya sekalipun.
Dan hal itu membuat berbagai opini menyeruak di kepalamu.
Aku bertahan untukmu?
Oh Tuhan, aku tak ingin munafik. Aku hanya ingin melihat kesungguhan ucapan-ucapanmu. Aku tak harus mengatakan semua yang pernah kau ucapkan bukan?
Bung, kau melupakan satu hal, wanita itu bagai mesin pengingat. Bahkan saat hal-hal sepele meluncur dari bibirmu, mereka akan merekam dengan jelas di kepala mereka.
Ya, aku tahu sekarang jawabannya. Itu adalah “mimpi kosong dan harapan palsu” darimu.
Kata-katamu adalah semu !!!

Kau harus tahu satu hal, aku tak pernah memaksakan cinta…. Dan kau mungkin akan terlambat menyadari. Biarlah, aku hanya akan berujar ribuan terimakasih padamu. Setidaknya aku mengetahui bagaimana menghargai seseorang dan bukannya menjadi pecundang yang tak mengakui masalalunya.

***
Aku mungkin tak layak menyampaikan kalimat itu. Tapi aku selalu terusik saat teringat. Tetiba ada orang yang berujar kasar dan penuh makian. Ia pikir sudah mengetahui hidupku sepenuhnya apa?
Dan lelakinya hanya karena ingin menarik hati perempuan itu, tak pernah menganggap seseorang di masalalunya itu ada.
Dan yang lebih menyakitkan lagi, ia dituduh merusak hubungan mereka.
Apa-apaan kisah ini. Memilukan sekali. Aku memijati pelipisku berulang-ulang.

Aku jelas tidak merasa keberatan atas semua perilaku mereka.
Aku hanya salah menilai dirimu.
Seseorang yang tadinya aku anggap sejiwa ternyata menusukku dengan belatinya.

Cukup. Sedihku telah aku hapus jauh sebelum aku menulis rentetan kata-kata ini.
Aku sadar, sesadar-sadarnya Ia tak layak untuk menjadi teman hidupku.
Dan Tuhan pasti tak mengirimnya untuk menjadi sia-sia.
Namun sebagai pelajaran, agar aku lebih hati-hati untuk percaya pada ucapan pria. Kecuali Ayahku.


May 16th,  2015

               


0 comments :

Posting Komentar

 
;