Sudut-sudut bangunan itu menyadarkannya dari setiap detail kenangan yang
telah terukir dengan manis.
Di penghujung kebersamaan tatkala masih mengenakan seragam putih biru.
Seseorang lelaki mengubah hidupnya saat ia baru saja mengenal cinta.
Lelaki itu tak pernah menyerah mendekatinya, bahkan saat penolakan terlalu banyak Ia dapatkan.
Sampailah suatu hari, si gadis menyadari bahwa Ia sebenarnya pun tertarik dengan si pria dan ingin membalas cintanya.
Ceritanya gak semudah yang sering terjadi di sebuah drama.
Mereka melalui semuanya dengan pahit, saat cita-cita mereka terasa berbeda.
Namun takdir berkata lain, mereka kembali bisa bertemu dan bersama pada masa putih abu-abu.
Si pria selalu bisa mewarnai hari-hari si gadis itu.
Tingkah konyolnya, sikapnya, dan perkataanya.
Tak ada yang membosankan dari sebuah hubungan itu.
Terkadang, dengan bangga si pria sering memperkenalkan dirinya sebagai kekasih hati dari si gadis tersebut.
Si pria pernah berjanji suatu hal, Ia akan melewati masa putih abu-abu itu bersama gadis tersebut.
Si gadis bukannya tak menunjukkan minatnya pada janji si pria, namun di luar dugaan, Ia menyimpan janji itu sangat kuat dalam benaknya.
Sampai suatu hari, hal lain merobohkan kepercayaannya. Si pria memiliki hati lain. Si gadis hancur dengan kenyataan itu dan memilih pergi.
Tak ada yang bisa diselamatkan dari hubungan tersebut.
Ia merasa dibohongi. Bukan itu saja, si gadis pun merasa dirinya tak diingini.
Memang ia tak pernah memberi batasan kepada si pria untuk bergaul di luar sana. Namun jika menyangkut masalah hati, ia mungkin memilih pergi.
Hal yang selalu ditanamkan dalam hatinya.
Ia membenci seorang pengkhianat.
Toh jika pun tak ingin bersama, lebih baik meninggalkannya dengan terang-terangan bukan?!
Sejak saat itu, si gadis susah untuk percaya pada sebuah hati.
Ia tak ingin terluka dan mengalami hal yang sama.
Butuh waktu lama membuat luka itu bisa sembuh.
Terkadang Ia ingin bertindak egois, sungguh Ia ingin memberikan sebuah kesempatan pada pria tersebut.
Namun pria itu bukanlah pria yang sama yang Ia kenal semasa putih biru.
Gadis itu tahu bahwa Ia adalah orang yang keras kepala.
Tapi Ia sebenarnya ingin diyakinkan, Ia ingin diperjuangkan.
Kesempatan itu mungkin tak akan pernah terjadi di kehidupan mereka.
Si gadis memilih melepaskan, bukan karena Ia tak mencintai.
Tapi ia tahu ada wanita lain yang mengambil hatinya sejenak darinya, dan sekarang dengan setia menerima Ia apa adanya.
Apa lagi yang harus gadis itu harapkan?
Sederhananya “Ia akan bahagia, sepanjang orang yang pernah ada di hatinya itu bahagia”
Di penghujung kebersamaan tatkala masih mengenakan seragam putih biru.
Seseorang lelaki mengubah hidupnya saat ia baru saja mengenal cinta.
Lelaki itu tak pernah menyerah mendekatinya, bahkan saat penolakan terlalu banyak Ia dapatkan.
Sampailah suatu hari, si gadis menyadari bahwa Ia sebenarnya pun tertarik dengan si pria dan ingin membalas cintanya.
Ceritanya gak semudah yang sering terjadi di sebuah drama.
Mereka melalui semuanya dengan pahit, saat cita-cita mereka terasa berbeda.
Namun takdir berkata lain, mereka kembali bisa bertemu dan bersama pada masa putih abu-abu.
Si pria selalu bisa mewarnai hari-hari si gadis itu.
Tingkah konyolnya, sikapnya, dan perkataanya.
Tak ada yang membosankan dari sebuah hubungan itu.
Terkadang, dengan bangga si pria sering memperkenalkan dirinya sebagai kekasih hati dari si gadis tersebut.
Sungguh konyol bukan?
Si pria pernah berjanji suatu hal, Ia akan melewati masa putih abu-abu itu bersama gadis tersebut.
Si gadis bukannya tak menunjukkan minatnya pada janji si pria, namun di luar dugaan, Ia menyimpan janji itu sangat kuat dalam benaknya.
Sampai suatu hari, hal lain merobohkan kepercayaannya. Si pria memiliki hati lain. Si gadis hancur dengan kenyataan itu dan memilih pergi.
Tak ada yang bisa diselamatkan dari hubungan tersebut.
Ia merasa dibohongi. Bukan itu saja, si gadis pun merasa dirinya tak diingini.
Memang ia tak pernah memberi batasan kepada si pria untuk bergaul di luar sana. Namun jika menyangkut masalah hati, ia mungkin memilih pergi.
Hal yang selalu ditanamkan dalam hatinya.
Ia membenci seorang pengkhianat.
Toh jika pun tak ingin bersama, lebih baik meninggalkannya dengan terang-terangan bukan?!
Sejak saat itu, si gadis susah untuk percaya pada sebuah hati.
Ia tak ingin terluka dan mengalami hal yang sama.
Butuh waktu lama membuat luka itu bisa sembuh.
Terkadang Ia ingin bertindak egois, sungguh Ia ingin memberikan sebuah kesempatan pada pria tersebut.
Namun pria itu bukanlah pria yang sama yang Ia kenal semasa putih biru.
Gadis itu tahu bahwa Ia adalah orang yang keras kepala.
Tapi Ia sebenarnya ingin diyakinkan, Ia ingin diperjuangkan.
Bukankah dulu si pria tak pernah menyerah
kepadanya?
Si gadis memilih melepaskan, bukan karena Ia tak mencintai.
Tapi ia tahu ada wanita lain yang mengambil hatinya sejenak darinya, dan sekarang dengan setia menerima Ia apa adanya.
Apa lagi yang harus gadis itu harapkan?
Sederhananya “Ia akan bahagia, sepanjang orang yang pernah ada di hatinya itu bahagia”
0 comments :
Posting Komentar