Minggu, 21 Agustus 2016

Cinta Monyet Masa SMP

*Tahun 2007
Ia terlalu shock mendapati cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
Tak menyangka bahwa sambutan hangat yang diperolehnya selama ini ternyata berlaku untuk dia seorang. Bodohnya ia yang menjadikan itu sebuah dongeng abadi. Seharusnya dari awal gadis itu curiga. Laki-laki itu tak mungkin menyukai ia yang biasa-biasa saja. Oke dalam akademik tapi tak ditunjang dalam penampilan. Apa yang bisa ia harap dari kenyataan itu? Dan lagi ia harusnya sadar jika ia bukanlah tipe lelaki bad boy itu.


*Tahun 2008
Sorot malu itu terlukis di kedua manik matanya. Cukup jelas menandakan bahwa gadis itu ragu serta senang dalam waktu yang bersamaan. Bagaimana mungkin ia bisa percaya secepat itu dengan makhluk yang bernama ‘lelaki’? Ah apa katanya tadi Love at the first sight? Dan sekarang ia telah siap membuka hati?! Yang benar saja.
Keputusan yang diambil olehnya bukan tanpa sebab. Sebut saja nama si pria adalah Leo. Ya, si Leo ini berhak mendapatkan sebuah kepercayaan menurut si gadis. Setelah perjuangan panjang yang ia lakukan. Si gadis akhirnya luluh. Hmmm, finally. You got it, man! Sulit sekali bisa dipercaya bahwa Leo dengan kemampuannya mampu menghancurkan tembok besar yang coba dibangun oleh gadis keras kepala tersebut.
Kelas, lapangan basket, dan kantin sekolah pernah jadi saksi bahwa ia pernah memintanya menjadi kekasih. Mungkin di saat orang-orang lebih mengatakan itu sebagai moment sweet, tapi tidak dengan si gadis. Ia memilih berlari keluar kelas dengan seluruh kemampuan yang ia punya. Come on, si gadis itu terkenal galak dan ketus. Tapi saat pernyataan cinta itu tak pernah sekalipun ia berani menghadapinya. Haha, serasa aneh ya?!
Si gadis berpikir bahwa ia sudah keterlaluan pada Leo. Kenapa sulit sekali mengatakan iya saat hati kecilnya berteriak ingin mencoba. Sungguh itu semua di luar kemampuannya. Ia hanya terlalu takut untuk memulai memercayai si pria itu. Ia tak habis pikir. Bagaimana bisa ia terlalu terburu-buru dalam bertindak. Sebenarnya ia hanya tidak ingin menyakiti hati seseorang. Tapi apakah dengan menghindari adalah sebuah pilihan?
Pertanyaan-pertanyaan itu membuat si gadis tersentak. Ia tidak memberi kesempatan untuk berucap sepatah katapun pada pria itu. Berminggu-minggu ia diliputi rasa bersalah yang diselubungi rindu. Sejak insiden itu ia merasa kehilangan. Ia cuma bisa tertunduk lesu melihat ke arah jendela luar kelas tepat saat si pria melintas. Ia ingin sekali menyapa terlebih dahulu. Tapi urung dilakukan. Bagaimanapun juga ia adalah perempuan. Perempuan sangat identik dengan kata gengsi!

Cinta Monyet Anak SMP via- mauliddharachmi.blogspot.com

Di saat ia berpikir bahwa tak ada harapan bersama Leo, satu cerita bergulir dari teman-temannya. Dulu, telpon genggam itu sangat langka. Dan mempunyai telpon genggam adalah hal yang mewah. Hehe.. Good news nya adalah Leo yang menghubunginya. Tak tahu juga ia mendapatkan nomornya dari siapa.
Tak ada nada putus asa atau kesal terhadap beberapa penolakan yang si gadis itu torehkan padanya. Semakin sering berkomunikasi, mereka semakin akrab sebagai teman. Kesempatan keempat pun tak disia-siakan Leo. Dengan segenap hatinya, ia mencoba meyakinkan hati si gadis itu lagi. Dan kali ini ia berhasil. Si gadis menerimanya. Hanya melalui suara mereka saling menggenggam janji. Tersenyum tanpa henti. Malam itu terpatri indah bagi si gadis. Malam yang tak pernah ia lupakan seumur hidupnya.Tentang cinta monyet masa SMP nya :)


0 comments :

Posting Komentar

 
;